Sayang, Hormat, Dan Patuh Kepada Orang Bau Tanah Dan Guru

Kedua orang bau tanah yakni orang yang paling berjasa kepada anak-anaknya. Berkat kasih sayang mereka, seorang anak sanggup menikmati hidup dengan bahagia. Bahkan, kesuksesan seorang anak tidak terlepas dari pendidikan dan doa yang diberikan oleh keduanya.

Selain orang tua, guru yakni pihak lain yang mempunyai jasa cukup besar terhadap kesuksesan seseorang. Ia yakni wakil kedua orang bau tanah di luar rumah. Dengan kasih sayang yang tulus, seorang guru sanggup mencetak dan menghasilkan manusia-manusia yang bermoral, terdidik, cerdas, dan beradab. Melalui gurulah pendidikan yang tidak didapat di rumah dari orang bau tanah diajarkan di sekolah.

A. Sayang, Hormat, dan Patuh kepada Orang Tua
Birrul walidain yakni hak kedua orang bau tanah yang harus dilaksanakan oleh setiap anak, sepanjang keduanya tidak memerintahkan atau menganjurkan kemaksiatan atau kemusyrikan. Bahkan, seorang anak tetap harus berbakti meskipun orang tuanya kafir atau musyrik. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam surah Luqman/31:15 :

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

(wa-in jaahadaaka 'alaa an tusyrika bii maa laysa laka bihi 'ilmun falaa tuthi'humaa washaahibhumaa fii alddunyaa ma'ruufan waittabi' sabiila man anaaba ilayya tsumma ilayya marji'ukum fa-unabbi-ukum bimaa kuntum ta'maluuna)

Artinya,
“Jika keduanya (ibu bapakmu) memaksamu supaya engkau musyrik, menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak ketahui, maka janganlah engkau mengikuti keduanya, dan bergaullah dengan keduanya di dunia dengan baik.”
Kedua orang bau tanah yakni orang yang paling berjasa kepada anak Sayang, Hormat, dan Patuh kepada Orang Tua dan Guru
Seorang anak tidak diperkenankan mengucapkan kata-kata yang kurang berkenan terhadap kedua orang tua, apalagi hingga menciptakan mereka sakit hati. Allah Swt. berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kau jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya hingga berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau menyampaikan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S. al-Isra/17:23)

Dalam surat al-‘Ankabuut /29:8 Allah Swt. berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۚ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya:
“Dan Kami wajibkan kepada insan supaya (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jikalau keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu perihal itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku kawasan kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kau kerjakan.”

Jika seorang anak berbakti dan memperlakukan dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang Allah perintahkan, Allah akan memperlihatkan keberkahan hidup kepada anak tersebut. Tetapi sebaliknya, jikalau seorang anak durhaka kepada ibu bapaknya, Allah tak segan-segan menyulitkan jalan hidupnya. Rasulullah saw. menegaskan dalam sabdanya:

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
Artinya:
“Rida idha Allah tergantung pada ridha orang bau tanah dan marah Allah tergantung pada marah orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394).

Adapun keutamaan-keutamaan berbakti kepada ornag bau tanah di antaranya yakni menyerupai berikut.
  1. Penghapus dosa besar (H.R. Tirmizi, Ibnu Hibban, dan Hakim)
  2. Dipanjangkan usia dan dilimpahkan rezeki (H.R. Ahmad)
  3. Akan mendapat bakti yang sama dari anak keturunan (H.R. al-Hakim)
  4. Dimasukkan ke dalam nirwana (Dikeluarkan oleh Ibnu Śahih dalam “At- Targib” dan oleh ad-Dailami dalam Musnadil Firdaus)

B. Hormat dan Patuh kepada Guru
Dalam aliran Islam, guru atau ulama yakni orang yang mempunyai pengetahuan luas dibandingkan dengan orang lainnya. Ia merupakan pewaris para nabi dalam memberikan kebaikan kepada orang lain. Allah Swt. berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ....
Artinya:
“...Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (Q.S. Fatir/35:28)

Adapun adat seorang murid kepada guru di antaranya yakni sebagai berikut.
  1. Hendaklah merendahkan diri di hadapan guru, tidak keluar dari kawasan berguru sebelum mendapat izin dari guru.
  2. Hendaklah memandang guru dengan penuh rasa ta’zim atau hormat dengan meyakini bahwa gurunya mempunyai kelebihan.
  3. Hendaklah duduk di hadapan guru dengan sopan, tenang, dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru.
  4. Hendaklah tidak berjalan, duduk, atau memulai perkataan sebelum meminta izin kepada guru.
  5. Patuh terhadap perkataan dan perintahnya.

Perilaku Mulia
Perilaku yang mencerminkan perilaku sayang, hormat, dan patuh kepada orang bau tanah ika orang bau tanah masih hidup menyerupai berikut.
  1. Mengucapkan salam dikala akan meninggalkan atau menemuinya.
  2. Mendengarkan segala perkataannya dengan penuh rasa hormat dan rendah hati.
  3. Tidak memotong pembicaraannya alasannya yakni itu akan menyakiti hati keduanya.
  4. Berpamitan atau meminta izin ketika akan pergi ke luar rumah, baik untuk bersekolah atau keperluan laiinya.
  5. Mencium tangan kedua orang bau tanah jikalau akan pergi dan kembali dari bepergian.
  6. Membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan lain yang akan meringankan beban orang tua.
  7. Berbakti dengan melakukan pesan yang tersirat dan perintah yang baik dari keduanya.
  8. Merawat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran apalagi jikalau keduannya sudah bau tanah dan pikun.
  9. Merendahkan diri, kasih sayang, berkata halus dan sopan, serta mendoakan keduanya.
  10. Menyambung silaturahim meskipun hanya melalui telepon ketika jarak sangat jauh.
  11. Memberikan sebagian rezeki yang kita miliki meskipun mereka tidak membutuhkan.
  12. Selalu meminta doa restu orang bau tanah dalam menghadapi suatu permasalahan.

Jika orang bau tanah telah meninggal dunia.
  1. Melaksanakan wasiat dan menuntaskan hak Adam yang ditinggalkannya (utang atau perjanjian dengan orang lain yang masih hidup).
  2. Menyambung tali silaturahim kepada kerabat dan teman-teman dekatnya atau memuliakan teman-teman kedua orang tua.
  3. Melanjutkan impian luhur yang dirintisnya atau menepati komitmen kedua ibu bapak.
  4. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada Allah Swt. dari segala dosa orang bau tanah kita.

Perilaku yang mencerminkan perilaku hormat dan patuh kepada guru di antaranya yakni menyerupai berikut.
  1. Mengucapkan salam dan mencium tangannya jikalau bertemu.
  2. Mendengarkan pelajaran yang sedang diberikannya dengan penuh hormat.
  3. Jujur dan terbuka dalam berbicara kepadanya.
  4. Mengamalkan ilmunya dan membaginya kepada orang lain.
  5. Tidak melawan, menipu, dan membuka diam-diam guru.
  6. Murid harus mengikuti sifat guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan penyayang.
  7. Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali dihentikan berhenti menghormati guru.
  8. Bersikap sabar terhadap perlakuan garang atau budbahasa jelek guru. Hendaknya berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut mendoakan keselamatan guru.
  9. Menunjukkan rasa berterima kasih terhadap aliran guru. Melalui itulah ia mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari.
  10. Sopan ketika berhadapan dengan guru, misalnya; duduk dengan tawadhu’, tenang, diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, menyimak perkataan guru sehingga tidak menciptakan guru mengulangi perkataan.
  11. Tidak dibenarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama dikala guru berbicara kepadanya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel