Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya

Semangat untuk mewujudkan perubahan sosial senantiasa terdapat di dalam setiap kehidupan masyarakat, terutama ditunjang alasannya yaitu faktor harapan masyarakat untuk berubah. Namun selain faktor yang sanggup menunjang suatu perubahan sosial, terdapat pula beberapa faktor yang sanggup menghambat terjadinya perubahan sosial.

Perubahan sosial mempunyai faktor-faktor pendorong sehingga sanggup menciptakan masyarakat itu berubah, dan perubahan sosial mempunyai beberapa faktor penghambat yang sanggup menghambat masyrakat dalam berubah, dengan kata lain perubahan sosial budaya mempunyai banyak sekali penyebab baik itu faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya. Faktor yang menghalangi terjadinya perubahan dikenal juga dengan faktor penghambat.
PenyebabPenjelasan
Kehidupan Masyarakat yang Terasing Kehidupan Masyarakat yang Terasing.Kehidupan terasing mengakibatkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini mengakibatkan pola-pola fatwa dan kehidupan masyarakat menjadi statis.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
yang Terlambat
Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terlambat.Kondisi ini sanggup dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga alasannya yaitu masyarakat itu usang berada di bawah efek masyarakat lain (terjajah).
Sikap Masyarakat yang Tradisional Masyarakat tradisional yaitu suatu masyarakat yang memelihara, menjaga,, dan mempertahankan tradisi, etika istiadat, sistem nilai, sistem
norma dan bahkan sistem kebudayaan yang diwariskan oleh generasi
pendahulunya. Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau sanggup menciptakan terlena dan sulit mendapatkan kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi kalau masyarakat yang bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
Adanya Prasangka Terhadap Hal-
Hal Baru atau Asing
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain, contohnya oleh bangsa Barat. Mereka meragukan semua hal yang berasal dari Barat alasannya yaitu belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.
Adat Istiadat Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola sikap bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya etika dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah. Misalnya, memotong padi dengan mesin sanggup mempercepat proses pemanenan, namun alasannya yaitu etika dan kebiasaan masyarakat masih banyak yang memakai sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak akan digunakan.

Aktivitas Kelompok
Untuk memahami banyak sekali penghambat perubahan sosial budaya lakukanlah acara berikut!
  1. Bentuklah kelompok dengan anggota 4 orang!
  2. Carilah salah satu etnografi atau goresan pena wacana kehidupan suku bangsa di Indonesia dari banyak sekali sumber menyerupai internet, buku, dan sumber lainnya!
  3. Amati kehidupan mereka dengan membaca etnografi tersebut!
  4. Apa yang ingin kau ketahui dari kehidupan mereka?
  5. Diskusikan dengan teman mengenai penghambat perubahan sosial budaya yang terjadi dalam kehidupan mereka!
  6. Tulis etnografi suku bangsa tersebut dan faktor yang menghambat perubahan sosial budayanya!
  7. Presentasikan di depan kelas!

Etnografi Suku Asmat
Suku Asmat berdiam di daerah-daerah yang sangat terpencil dan tempat tersebut masih merupakan alam yang ganas (liar). Mereka tinggal di pesisir barat daya Irian jaya (Papua). Mulanya, orang Asmat ini tinggal di wilayah administratif Kabupaten Merauke. Berikut ini etnografi Suku Asmat.
AspekPenjelasan
Kondisi lingkungan alam Suku Asmat mendiami tempat dataran rendah yang berawa-rawa dan berlumpur, serta ditutupi dengan hutan tropis.
Ciri-ciri fisik Bentuk tubuh orang Asmat berbeda dengan penduduk lainnya yang berdiam di pegunungan tengah atau di nagian pantai lainnya. Tinggi tubuh kaum pria antara 1,67 hingga 1,72 meter, sedangkan kaum perempuan tingginya antara 1,60 hingga 1,65 meter. 
Bahasa Bahasa-bahasa yang dipakai orang Asmat termasuk kelompok bahasa yang oleh para jago linguistik disebut sebagai Language of the Southern Division, bahasa-bahasa serpihan selatan Irian Jaya. Bahasa ini pernah dipelajari dan digolongkan oleh C.L Voorhoeve (1965) menjadi filum bahasa-bahasa Irian (Papua) Non-Melanesia.
Sistem Teknologi Orang Asmat telah mempunyai peralatan serta cara untuk mempertahankan hidupnya. Mereka telah mempunyai kemampuan untuk menciptakan jaring sendiri yang terbuat dari anyaman daun sagu.
Senjata Perisai dipakai oleh orang Asmat untuk melindungi diri dari tombak dan panah musuh dalam peperangan. Pola tabrakan pada perisai melambangkan kejantanan. 
Makanan Orang-orang Asmat tidak mengenal besi. Selain itu, tidak juga ditemukan tanah liat pada tempat ini sehingga tidak mengenal barang-barang keramik. Oleh alasannya yaitu itu, orang-orang Asmat biasa memasak makanannya di atas api terbuka.
Semangat untuk mewujudkan perubahan sosial senantiasa terdapat di dalam setiap kehidupan m Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Perhiasan Orang Asmat berhias untuk mempercantik dirinya masing-masing. Sesuai kepercayaan, mereka biasa berhias dengan menidentikan diri menyerupai burung. Seperti contohnya titik-titik putih pada tubuh yang diidentikan pada burung.
Tempat berlindung dan perumahan Menurut tradisi orang Asmat, dalam sebuah kampung terdapat 2 macam bangunan, yaitu rumah bujang dan rumah keluarga. Rumah bujang (je) ditempati oleh pemuda-pemuda yang belum menikah dan dilarang dimasuki oleh kaum perempuan dan anak-anak. Sedangkan rumah keluarga, biasanya didiami oleh satu keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah, seorang atau beberpa istri, dan anak-anaknya
Alat musik Alat musik yang biasa dipakai oleh orang Asmat yaitu tifa yang terbuat dari selonjor batang kayu yang dilobangi. Pahatan tifa berbentuk pola leluhur atau hewan yang dikeramatkan.
Alat transportasi & perlengkapannya Masyarakat Asmat mengenal bahtera lesung sebagai alat transportasinya. Pembuatan bahtera dahulunya dipakai untuk persiapan suatu penyerangan dan pengayauan kepala. 
Sistem Mata pencaharian Mata pencaharian hidup orang Asmat di tempat pantai yaitu meramu sagu, berburu hewan kecil, (yang terbesar yaitu babi hutan), dan mencari ikan di sungai, danau, maupun pinggir pantai. 
Kehidupan di perkampungan Dengan didirikannya perkampungan-perkampungan bagi orang-orang Asmat, maka kehidupan mereka yang seminomad itu mulai berubah. Biasanya, kampung yang satu berjauhan dengan kampung yang lain 
Organisasi Sosial Dalam kehidupan orang Asmat, kiprah kaum pria dan perempuan yaitu berbeda. Kaum pria mempunyai kiprah menebang pohon dan membelah batangnya. Pekerjaan selanjutnya, menyerupai mulai dari menumbuk hingga mengolah sagu dilakukan oleh kaum perempuan. 
Sistem kekerabatan/ keluarga Dasar korelasi masyarakat Asmat yaitu keluarga inti monogami, atau kadang kala poligini, yang tinggal bahu-membahu dalam rumah panggung (rumah keluarga) seluas 3 m x 5 m x 4 m yang sering disebut dengan tsyem.  
Lembaga pernikahan Pernikahan seorang anak dalam masyarakat Asmat, biasanya diatur oleh kedua orang bau tanah kedua belah pihak, tanpa diketahui oleh sang anak.
Sistem pemerintahan Di setiap kampung yang didirikan di wilayah masyarakat Asmat, terdapat satu rumah panjang yang merupakan semacam balai desa dimana para warga kampung berkumpul membicarakan masalah-masalah yang menyangkut kepentingan seluruh warga.  
Sistem Pengetahuan Orang Asmat berdiam di lingkungan alam terpencil dan ganas dengan rawa-rawa berlumpur yang ditumbuhi pohon bakau, nipah, sagu dan lainnya. Perbedaan pasang dan surut mencapai 4-5 meter. Pengetahuan itu dimanfaatkan oleh orang Asmat untuk berlayar dari satu tempat ke tempat lain. 
Kesenian Ragam kesenian suku Asmat yang banyak dilakukan yaitu seni pahat/ ukir. Benda-benda kesenian hasil tabrakan Asmat yang menarik yaitu perisai-perisai, tiang-tiang mbis (patung bis/ leluhur), dan tifa.

Faktor penghambat perubahan sosial di suku Asmat antara lain sebagai berikut :
  1. Sikap masyarakat Asmat yang tradisional
  2. Kurangnya komunikasi dengan masyarakat lain
  3. Perkembangan IPTEK yang terlambat
  4. Sifat penduduk yang konservatif/tertutup
  5. Rasa khawatir kalau etika suku tersebut berubah
  6. Masyarakat Asmat masih mengandalkan budaya zaman dulu/kuno
  7. Masyarakat Asmat tidak ingin mengikuti perkembangan zaman

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel